15 Oct 2014

Inilah Aku, Realita Sekitar Kehidupan

Orang-orang pastinya belum mengenal Aku. Inilah Aku - terlahir dari beribu-ribu bahkan jutaan propesi yang tak seorangpun pernah melakoninya. Ditempa berbagai cobaan hidup, melalui sekelumit permasalahan hingga menjadikan Aku seorang yang tidak memperdulikan lagi etika ataupun kaidah aturan yang berada di sekelilingku. Bahkan, larangan-larangan Agama sekalipun. Aku pikir itu urusan nomor dua, Tuhan sudah menentukan takdir masing-masing dari kita. kalau semua berbuat baik, siapa yang mengisi neraka nantinya. Mumpung diberi kesempatan hidup jadi nikmati saja fasilitas di dunia ini. toh tak ada salahnya. (gambar: google search)
Inilah Aku, Realita Sekitar Kehidupan
Aku sebagai Kepala Kantor
Semua bawahanku segan serta taat dengan perintahku, kapanpun Aku memanggil mereka, baik itu malam, jam istirahat atau apapun kondisinya, mereka akan datang dengan segera. volume Nada bicaranya saja dibuat serendah mungkin, agar Aku merasa simpati. Padahal sebenarnya aku tahu, bahwa itu hanyalah sebuah peran belaka. Bukan itu saja, semua bawahanku yang berada di lapangan kubiarkan melakukan apa saja, asalkan mereka menyetorkan sedikit keuntungannya kepadaku. Itulah mengapa mereka senang, bahkan menanti-nantikan kehadiranku.
Aku sebagai Aparat
Setiap bulannya aku mendapat jatah yang tidak sedikit dari pengusaha. Menurutnya ini hanya sebagian kecil saja sebagai ucapan terima kasih atas bantuanku. Biasanya kalau pengusaha itu lupa, aku langsung menghubunginya. Bukan hanya ini, di tempat lain aku menakut-nakuti dengan mengancam akan mencari-cari kesalahan orang yang menurutku pantaslah dijadikan partner. Lumayan bisa dipakai buat harian, jadi tak perlu merogoh kantong lebih dalam untuk beli rokok.
Aku sebagai Wartawan
Senang rasanya saat aku melakoni profesi ini. walaupun gajinya kecil, tapi ada kenikmatan tersendiri saat menjalaninya. Contohnya saja, saat aku masuk ke pom bensin, bermodalkan satu tabloid dengan kartu identitas serta ucapan dibuat sewibawa mungkin, bisa dapat amplop serta minum kopi gratis, pulangnyapun diisikan bensin. Pernah sekali aku ditilang, tanpa pikir panjang, kartu anggota kuperlihatkan, Aku dilepas kendati wajah yang menilangku sedikit cemberut, mungkin pikirnya “rejeki lepas satu”. Tapi yang tak kalah serunya lagi kalau ada rumor di kalangan instansi pemerintahan. Bisa tambah kenyang aku.
Aku sebagai Kritikus
Identik dengan bibir yang membentuk diagonal serta garis alis ditarik ke atas. Ucapan kukemas sedramatisir mungkin, agar yang mendengar membenarkan ucapanku. Aku senang melontarkan kata-kata pedas biar orang tersinggung. sebenarnya, kalimat yang kulontarkan hanyalah hasil imajinasi Aku saja. Mana ada orang yang pandai bicara tapi tidak pandai berbuat..
Aku sebagai koruptor
Aku merasa heran, dengan orang-orang diluar sana. Hasil kerja kerasku dianggap menyalahi aturan. ataukah mereka cemburu atas hasil yang kudapatkan?. Inilah keuntungan dari jabatanku, Aku diangkat karena Aku mampu membawa negara ini ke arah yang lebih maju, apa salah menolong orang? dan mereka ikhlas memberi sedikit kepada Aku.